Nasional

Bangun Persatuan Nasional Cegah Ormas Anti Pancasila Mewabah

Bandung – Ibarat sebuah rumah, Perppu adalah pelindung dan penjaga keamanan sebuah rumah bernama Indonesia. Dalam hal ini Perppu ini diperlukan untuk melindungi rumah Indonesia. Sehingga jika ada yang mencoba untuk menghancurkan fondasinya yakni Pancasila maka perlu diperiksa kewarasannya.

Sasaran utama dari penerbitan Perppu ormas ini adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibuat kalang kabut. HTI disebut-sebut melakukan pembohongan publik lantaran di website resminya HTI adalah partai politik berideologi Islam, politik kegiatan namun mendaftarkan diri sebagai ormas. Tujuan adalah mendirikan kembali Daulah Khilafah.

Untuk mencegah agar ormas anti Pancasila itu mewabah, maka Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) menggelar dialog publik bertema “Bangun Persatuan Nasional, Menangkan Pancasila”, di Cafe One Eight, Jalan Ganesa No. 3 Dago Bandung (depan Universitas ITB), Selasa (8/8/2017).

Ketum Eksekutif Nasional LMND Indrayani Abdul Razak mengajak semua pihak untuk menyamakan persepsi mengenai Pancasila. “Kita mesti menyamakan persepsi dasar negara Pancasila. Seharusnya masyarakat Indonesia dari etnis manapun bisa sama soal Pancasila,” ujar Indrayani.

Dia melanjutkan Pancasila bisa menjadi retorika belaka jika masyarakat tidak mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kata dia, Pancasila itu sengaja dihadirkan di dunia politik, ekonomi dan sosial budaya makanya kemudian muncul suatu konsep atau gagasan Trisakti.

“Tapi budaya kita kini telah dicekoki oleh budaya asing maka itu tidak akan membuat kita percaya diri,” ujar dia.

Ditempat yang sama Ketua Majelis Adat Sunda, Arya Mulya Subadja mengaku Pancasila tidak lahir dari hasil perenungan semata namun ini semua semacam ilham yang datang dari sang pencipta Allah SWT, yang sudah dipersiapkan dari jauh hari sebelumnya untuk kepentingan Republik Indonesia ini. Dari sudut pandang budaya bahwa Pancasila ini tidak lepas dari adat dan budaya nusantara ini, namun kini adat dan budaya itu sudah dikebiri bahkan hampir punah.

“Pancasila kini diibaratkan sebuah pohon yang rimbun daunnya dan banyak buahnya namun tidak punya harkat karena harkat dan budayanya sudah dihancurkan terlebih dahulu. Hancurkan satu bangsa maka hancurkan adat dan budayanya, menjelekkan parah leluhur juga menghilangkan bukti – bukti sejarah, hancurlah satu peradaban bangsa,” tuturnya.

Menurur Arya, berbicara Pancasila berbicara juga adat budaya negeri ini, bagaimana harus membelanya, ini yang perlu ditegaskan bagi para generasi muda saat ini.

“Kami merindukan merdeka bersatu dan berdaulat yang adil dan makmur, itu yang dirindukan bangsa Indonesia namun hari ini sangat jauh, dari adil dan makmur. Ini adalah pekerjaan kita bersama dan mencari tahu akar permasahannya,” sebut Arya.

Sementara itu, pimpinan Ponpes Pangandaran dan Aliansi Bela Garuda Jabar KH. Luthfi Fauzi lebih menyoroti fenomena khilafah yang digaungkan HTI. Kata dia, HTI adalah partai pembebasan dan organisasi politik Internasional Pan Islamis dan fundamentalis yang mendeskripsikan ideologi keislamannya, dan bertujuan untuk menegakkan kekhalifahan Islam atau negara Islam.

“Khalifah baru ini diharapkan menyatukan komunitas umat Islam,” sebutnya.

Munculnya berbagai kelompok yang ingin menjadikan Islam sebagai ideologi negara maupun mendirikan Khilafah Islamiyyah di Indonesia adalah salah satu bukti bahwa masih banyak generasi penerus bangsa yang tidak memahami perdebatan panjang pada masa-masa awal proklamasi kemerdekaan yang akhirnya menyepakati pancasila sebagai dasar negara.

Padahal, kata dia, bangsa Indonesia ini mendirikan sebuah negara melalui suatu kesepakatan bersama. Membentuk negara Indonesia adalah semangat mendahulukan kepentingan berbangsa dan bernegara daripada kepentingan kelompok.

“Dan Pancasila itu sendiri muncul sebagai hasil kesepakatan bersama juga dari para leluhur kita,” bebernya.

Cucu Bung Karno Kemal Asmara Hady mengatakan secara umum, demokrasi adalah suatu sistem kenegaraan atau sistem pemerintahan sebuah negara berupaya untuk mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara serta memiliki hak yang setara dalam mengambil keputusan untuk mengubah hidup mereka.

“Demokrasi yang digunakan di Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Dan pengertian dari demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang pelaksanaannya mengutamakan asas musyawarah mufakat untuk kepentingan bersama (seluruh rakyat) yang bersumber pada kepribadian dan juga falsafah hidupa Indonesia,” paparnya.

Dia menambahkan bangsa Indonesia adalah bangsa yang ideologinya terdapat dalam Pancasila. Oleh karena itu setiap sila yang terdapat dalam Pancasila harus diaplikasikan dalam kehidupan setiap rakyatnya sehari-hari untuk menunjang kemajuan negara.

“Kita sebagai generasi muda wajib menjunjung tinggi nasionalisme yang didukung dengan sikap-sikap positif dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Kemal.

Lebih jauh, Kemal menuturkan hingga saat ini Pancasila masih tetap ada, namun keberadaannya di dalam sebagian besar sanubari masyarakat Indonesia masih patut dipertanyakan.

“Mengapa? Karena masih banyak elemen masyarakat yang tidak menjunjung pedoman yang terdapat dalam Pancasila untuk kehidupan berbangsa dan bernegara,” tandasnya.

Acara dialog publik ini turut dihadiri berbagai elemen mahasiswa, pemuda maupun masyarakat diantaranya Aliansi Relawan Pancasila (ARP), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Aliansi Bela Garuda (ABG) Jawa Barat, Forum Club Motor Bandung (FCMB), Mahasiswa STKIP Muhamadiyah, KPWP Jawa Barat, Alumni Fiksi Kompas Jawa Barat, Mahasiswa Jawa Barat dan Wartawan Televisi Jabarsatu.

 

Most Popular

Babenya adalah baca berita nya dari beragam situs berita populer; akses cepat, ringan dan hemat kuota internet.

Portal Terpercaya.

Copyright © 2016 BaBenya.com.

To Top