Politik

Stop Ngomongin Politik, Rakyat Butuh Lapangan Kerja

Jakarta – Seperti sebuah film suguhan berita politik di Indonesia seakan tak ada henti-hentinya. Rasanya jadi rakyat Indonesia atau penonton setia acara dan program TV Indonesia, membuat emosi naik turun saja melihat berita perpolitikan di tanah air.

“Pada dasarnya rakyat sudah muak, bosan melihat cerita perpolitikan Indonesia yang tiada henti seperti sinetron. Stop beri hiburan politik melulu,” tegas Ketua Presidium Jari 98 Willy Prakarsa, saat ditemui di Serpong, hari ini.

Menurut dia, rakyat miskin di Indonesia tidak butuh suguhan berita politik apalagi soal kandidat Capres maupun Cawapres 2019. Kata Willy, yang dibutuhkan rakyat adalah terciptanya lapangan kerja agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Rakyat cuma butuh beras buat makan bersama keluarganya bukan suguhan politik giring opini Capres atau Cawapres. Capek rakyat dengar sinetron politik yang ada habisnya,” sebutnya.

Dia pun berpesan agar elit politik tidak membiarkan rakyatnya murka karena akhir ceritanya hanya untuk kepentingan partai lebih besar dibandingkan kepentingan rakyat.

“Rakyat capek tiap Pemilu, Pilkada, Pileg dari persiapan tempat, administrasi dan pembagian kartu pemilih, serta mengantarkan langsung ke rumah pemilih agar rakyat tidak golput. Tapi akhir ceritanya malah hanya untuk syahwat parpol yang lebih besar ketimbang rakyatnya,” paparnya.

“Jika ini dibiarkan berlarut, maka revolusi sosial bakal terjadi,” ucap dia.

Lebih lanjut, Willy mengingatkan agar kubu pemerintah, partai pendukung pemerintah dan oposisi saling intropeksi diri dan jadikan sentilan ini sebagai cambukan untuk berbenah.

“Pilkada 2018 telah usai, mari saling intropeksi diri. Pertontonkan suguhan pertandingan demokrasi yang menarik, bukan terus-terusan saling buat gaduh. Rakyat capek dengarnya,” sebutnya.

“Nah untuk yang kalah di Pilkada 2018, harus tetap komitmen siap kalah jangan hanya siap menang. Jangan malah bikin gaduh lagi, bisa makin pening rakyat liat tontonan dagelan ini,” jelasnya.

Dia menyarankan bahwa ekonomi kerakyatan dan terciptanya lapangan kerja adalah solusi buat menutupi dan tambal hutang.

“Tidak mungkin hutang dapat dibayar apalagi dilunasi dengan cuap-cuap politik,” tuturnya.

Lebih jauh, Willy juga menyayangkan ada pihak-pihak yang menjual organisasinya untuk bergabung didalam Acara Rembuk Nasional yang digelar di Monas pada 7 Juli 2018 mendatang. Willy menegaskan pihaknya absen dan enggan dilibatkan nama organisasinya masuk didalam proposal pengajuan jika hal benar terjadi.

“Jari 98 absen, jangan libatkan di acara rembuk nasional 7 Juli nanti, apalagi masuk proposal. Mohon digaris bawahi itu,” pungkas Willy dalam persiapan Konsolidasi Jari 98 ke Makassar.

Most Popular

Babenya adalah baca berita nya dari beragam situs berita populer; akses cepat, ringan dan hemat kuota internet.

Portal Terpercaya.

Copyright © 2016 BaBenya.com.

To Top