Nasional

Kehadiran Metaverse dan Pengaruhnya pada Pancasila

Oleh : Zainuddin Assyarifie

Ideology Pancasila sejak disepakati oleh para founding father 1945 telah mengalami banyak ujian dan rintangan, bukan hal yang mudah melewati ujian demi ujian benturan antar ideology dari yang ekstrime kanan sampai extreme kiri sebut saja DI/TII dn PKI. kehadiran dunia digital begitu cepat menggerus perilaku masyarakat bebas yang cenderung mereka sukai, sejak munculnya berita online dan media social yang didukung perangkat smartphone dan PC, gaya hidup masyarakat drastic mengalami perubahan yang signifikan. Metaverse adalah dunia baru diatas media social telah siap mempengaruhi nilai-nilai dan norma yang ada. Perlahan dan pasti semua perubahan akan segera terjadi dan Ideology Pancasila yang telah teruji bertahun-tahunpun akan mendapat efek ujian tersebut.

Sebelum masuk ke Metaverse kita bahas realitas masyakat saat ini ambil contoh TikTok, platform media social satu ini ternyata mampu merubah perilaku manusia-manusia millennial bahkan yang kolonial juga terbawa-bawa untuk satu hal yaitu hilangnya budaya malu, tidak ada hak cipta aias bebas copy paste dan suka dengan hal-hal viral karna menjadi endorfine bagi penggunanya. Tidak semua negative dari aplikasi tiktok karena banyak juga yang bisa memanfaatkanya untuk berbagi informasi video pendek dan menunjang bisnis termasuk juga endorse produk dan lain-lain. Pancasila yang didalamnya terdapat banyak nilai-nilai luhur belum tentu dipahami dan diterapkan dalam kehidupan anak-anak millennial saat ini karena sifat malu adalah bagian dari ajaran nilai-nilai luhur Pancasila.

Pancasila Vs Metaverse
Ideology Pancasila adalah keiscayaan yang telah teruji berpuluh-puluh tahun, sejak Soekarno dirsetui olej Hadratussyaikh Hasyim As’ary untuk menggunakan Pancasila sebagai Ideology bangsa sampai saat ini masih sangat relevan pengamalanya dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai luhur pancasila masih selalu dimalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terutama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, tidak sesempurna dulu memang tetapi perubahanya pun masih dalam batas yang bisa ditoleransi karena pegaruh percepatan technology informasi yang begitu massif.

Metaverse Meta semesta atau metaverse adalah bagian Internet dari realitas virtual bersama yang dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata dalam dunia internet tahap kedua. Meta semesta dalam arti yang lebih luas mungkin tidak hanya merujuk pada lingkungan virtual yang dioperasikan oleh perusahaan media sosial tetapi seluruh spektrum realitas berimbuh. Istilah ini muncul pada awal 1990-an, dan dikritik sebagai metode membangun hubungan masyarakat dengan menggunakan konsep spekulatif, “berlebihan” [3] murni berdasarkan teknologi yang ada. Sementara dianut oleh beberapa perusahaan teknologi seperti Facebook, Microsoft dan lain-lain, kekhawatiran tentang dampak pada masyarakat modern ketika semua interaksi orang ke orang secara efektif otonom. Singkatnya, Metaverse adalah ruang virtual yang dapat diciptakan dan dijelajahi dengan pengguna lain tanpa bertemu di ruang yang sama. (id.wikipedia.org/wiki/Metaverse).

Kehadiran Metaverse akan lebih tajam daripada media social yang ada saat ini, sosoknya bahkan nyaris seperti nyata, maka tidak heran beberapa pengusaha sudah mulai membeli lahan tanah virtual di metaverse guna menunjang bisnisnya kelak, mereka faham bahwa nanti orang akan berselancar ke mal-mal vitual untuk mendapatkan barang atau jasa yang di inginkan, mereka juga sadar kalo meeting bisa dilakukan dengan menghadrkan pesertanya secara virtual tetapi seolah-olah nyata, entah berbentuk hologram atau wujud yang sama dengan orang tersebut (pemilik akun).

Problem bangsa Indonesia adalah ketertinggalan dan kriminalitas dunia cyber, sebagai pengguna sebuah platform digital rata-rata masyarakat kita tertinggal dalam memaksimalkan hal-hal baru, keadaan ini bisa ditrack dari beberapa platform media social seperti Facebook, twitter instagram dan whatshapp. Dengan media-media tersebut sampai saat ini saja masih banyak terjadi penyalahgunaan dan atau kriminalitas. Pengaruh media social sejak hadir di Indonesia sampai saat ini sangat kuat merubah peradaban dan nilai-nilai yang telah ada. Sudah terbayang jika metaverse kelak hadir dan menjadi familier ditengah-tengah masyarakat.Hadirnya media social ditanah air dalam 10 tahun terahir cukup meggemparkan kembali pertarungan ideology bangsa, sebut saja kelompok kanan yang selalu menonjolkan politik identitas mereka selalu ramai dalam hajatan politik nyaris disemua level dari pemilu presiden, gubernur, walikota/bupati,

Dari diskusi yang panjang dan perdebatan yang tiada ujung, Pancasila akan tetap menjadi benteng pemersatu bangsa, posisinya yang seimbang sekaligus sanggup mengayomi semua agama, golongan, suku dan ras menjadi penyebab bahwa ideology ini tetap relevan dari masa ke masa. Dari revolusi industry 2.0 3.0 4.0 mungkin sampai 5.0 dan seterusnya.

Zainuddin Assyarifie
Penulis adalah Pengamat media sosial dan Pengurus di Yayasa Kedai ide Pancasila

Most Popular

Babenya adalah baca berita nya dari beragam situs berita populer; akses cepat, ringan dan hemat kuota internet.

Portal Terpercaya.

Copyright © 2016 BaBenya.com.

To Top